Lalu apa hubungannya dengan Yahudi?
Abdullah bin Saba’, pencetus lahirnya sekte Syiah adalah seorang Yahudi dari Yaman, datang ke Madinah dengan membawa kedengkian kepada Islam kala itu.
Saat kepemimpinan Utsman radhiallahu’anhu, dia menghasut kaum muslimin dengan menebarkan isu bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah Ali radhiallahu’anhu. Ia juga menuding Abu Bakr dan Umar telah berbuat dzalim karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewasiatkan kepemimpinan kepada Ali sebagaimana wasiat Musa kepada Yusya’ Bin Nun.
Kebohongan ini tersebar luas dikalangan orang-orang bodoh hingga merekapun mengkultuskan Ali radhiallahu’anhu. Puncak kesesatan mereka adalah menjadikan Ali radhiallahu’anhu sebagai sesembahan selain Allah. Ahli sejarah menyebutkan, pada akhirnya mereka dibakar Ali radhiallahu’anhu, setelah beliau menjadi khalifah menggantikan Utsman radhiallahu’anhu.
Sekelumit asal muasal munculnya sekte syiah diatas bisa kita simpulkan bahwa hubungan Yahudi dengan Syiah begitu dekat. Tak heran bila keduanya memiliki banyak kesamaan. Apa saja kesamaan itu? Kita simak keterangan berikut,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah merinci persamaan dua agama tersebut diantaranya,
Pertama,
Yahudi mengatakan,
“Tidak sah pengangkatan seorang raja kecuali berasal dari keluarga Dawud.”
Syiah Istna Asyariyah mengatakan,
Tidak sah pengangkatan seorang imam kecuali berasal dari keluarga Ali radhiallahu’anhu.
Kedua,
Yahudi mengatakan,
“Tidak ada syariat jihad fi sabilillah hingga munculnya Al Masih Al Dajjal dan terhunusnya pedang.”
Syiah Itsna Asyariayah berkata,
Tidak ada jihad fi sabilillah hingga keluarnya Imam Mahdi dan terdengar seruan penyeru dari langit.
Ketiga,
Yahudi mengakhirkan shalat hingga bermuculan bintang-bintang.
Syiah Itsna Asyariyah juga melakukan hal yang sama, mengakhirkan shalat maghrib hingga bermunculan bintang-bintang.
Padahal Nabi shallallahu’alaihi wasallam telah memperingatkan kita,
لَا تَزَالُ أُمَّتِي علَى الْفِطْرَةِ مَا لَمْ يُؤَخِّرُوا الْمَغْرِبَ إِلَى أَنْ تَشْتَبِكَ النُّجُوم
“Umatku akan senantiasa diatas fitrahnya selama tidak
mengakhirkan shalat maghrib hingga bermunculan bintang-bintang (awal
waktu shalat Isya’).” (HR. Abu Dawud)Keempat,
Yahudi mengubah Taurat.
Syiah Itsna asyariyah merubah Al Qur’an.
Kelima,
Yahudi dan Syiah Itsna Asyariyah sama-sama tidak mengakui syariat mengusap khuf (saat berwudhu).
Keenam,
Yahudi membenci Jibril alaihissalam. Mereka mengatakan, “Jibril adalah musuh kami dari kalangan malaikat.”
Syiah Itsna Asyariyah mengatakan bahwa Jibril alaihissalam telah salah alamat dalam menyampaikan wahyu kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. (Mukhtasahar Minhajis Sunnah, I/10-11)
Lalu bagaimana hububangan Syiah dengan Nashrani?
Masih dari penjelasan Syaikhul Islam rahimahullah. Beliau melanjutkan,
“Syiah istna asyariyah menyerupai nashrani dalam tindak tanduk mereka. Laki-laki nashrani menikahi para wanita mereka tanpa mahar dan hanya menjadikannya sebagai objek pelampiasan hawa nafsu. Begitu juga Syiah Itsna Asyariah, laki-laki syiah menikahi wanita mereka dengan cara mut’ah (kawin kontrak tanpa wali dan mahar) dan mereka menghalalkan nikah model semacam ini.” (Mukhtasahar Minhajis Sunnah, I/10-11)
Tak hanya sampai di situ, pokok aqidah nashrani sama seperti syiah yaitu menjadikan manusia sebagai tuhan yang disembah. Jika orang nashrani meyakini Nabi Isa adalah anak tuhan yang memiliki sifat-sifat rububiyyah (pengatur rezeki, pengatur alam, mengetahui yang ghaib, dsb) maka syiah meyakini Ali radhiallahu’anhu dan para imam mereka memiliki sifat rububiyyah. Padahal sifat tersebut hanya pantas ditujukan kepada Allah, Dzat yang maha sempurna sifat-sifat-Nya. Siapa saja yang menyematkan sifat rububiyyah kepada makhluk maka dia telah berbuat syirik dan telah menjadikan tandingan bagi Allah.
Dalam kitab Al Kafi, kitab rujukan agama syiah disebutkan,
Bab “Para imam adalah cahaya Allah”,
Bab “Para imam mengetahui perkara yang telah terjadi dan yang akan terjadi dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari pengetahuan mereka”,
Bab “Para imam adalah pokok munculnya ilmu, pohon kenabian, berbagai jenis malaikat”.
Ini menunjukkan bahwa Syiah meyakini imam-imam mereka memiliki sifat rububiyyah dengan kedudukan yang lebih utama dari para nabi dan malaikat.
Sekalipun memiliki banyak persamaan, akan tetapi saudariku, ada beberapa perbedaan antara syiah dengan yahudi dan nashrani. Perbedaan ini yang membuat yahudi dan nashrani memiliki kelebihan dari pada Syiah. Perbedaan apakah itu?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan,
“Akan tetapi disana ada perbedaan antara Syiah dengan Yahudi dan Nashrani.
Jika yahudi ditanya,”Siapakah manusia terbaik menurut agama kalian?” Mereka menjawab, “Para sahabat Nabi Musa.”
Orang Nashrani ditanya, “Siapakah manusia terbaik menurut agama kalian?” Mereka menjawab, “Para sahabat Nabi Isa.”
Namun jika Syiah Istna Asyariah ditanya, “Siapakah manusia terjelek menurut agama kalian?” Serta merta mereka menjawab, “Para sahabat Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.” (Mukhtasahar Minhajis Sunnah, I/11)
Jawaban Syiah ini tentu menunjukkan jati diri aqidah mereka. Jika manusia paling mulia yang dipilih Allah Ta’ala untuk menemani Nabi yang paling mulia dianggap Syiah sebagai manusia paling jelek, lalu bagaimana lagi dengan yang lain?
Karena itu, tak heran bila mereka menghalalkan darah dan harta kaum muslimin. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjauhkan kita dari berbagai macam kesesatan dan penyimpangan aqidah dan semoga Allah ta’ala menunjukkan kita jalan yang lurus, jalan yang ditempuh Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabat radhiallahu’anhum.
وصلى الله على نبينامحمدوعلى آله واصحابه ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين
—Penyusun: Ummu Fathimah
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Maraji':
- Mukhtashar Minhajis Sunnah, Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah, Asy Syamilah.
- http://www.ahlalhdeeth.com/vb/archive/index.php/t-290788.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar